Tiga hari sudah semenjak aku memerawani putri kandungku, dan semenjak
itu pula kami belum pernah lagi mengulanginya. Mungkin dia masih
merasakan nyeri pada kemaluannya akibat efek dari luka selaput daranya
yang aku bobol. Disamping juga karena istriku yang kini telah berada
dirumah, sehingga aku dan Nanda tak mungkin bisa melakukan affair dengan
bebas.
Pagi ini kami tengah sarapan, seperti biasa kami makan bersama dimeja
makan belakang rumah. Tempat makan outdoor bernuansa taman, dengan
rumput gajah terhampar rapi dibawahnya, dan ditanami dengan berbagai
jenis tumbuhan tropis yang membuatnya tampak rimbun dan asri. Tak jauh
dari situ terdapat kolam hias dengan sehuah air terjun buatan, walau itu
hanyalah air terjun buatan, namun memiliki kesan alami, bagai berada
dialam pegunungan. Beragam ikan koi dengan warna punggungnya yang indah
menambah lengkap keindahan kolam.
Untuk bangunan rumahnya, aku padukan antara gaya tradisional dan modern,
dengan nuansa rumah joglo khas jawa-tengah, sebagaimana leluhurku.
namun pada bagian dalamnya aku beri sentuhan modern agar lebih nyaman
dan praktis.
Itulah sedikit gambaran tentang hunian tempat kami tinggal, hunian yang artistik dan indah.
Berbicara tentang keindahan, aku memang pecinta keindahan sejati, dan
kondisiku memang kebetulan cukup memungkinkan untuk mendapatkan
keindahan-keindahan itu semua, yang aku maksud memungkinkan disini
adalah kondisi keuanganku. karirku yang cukup menjajikan dengan
posisiku yang strategis di departement membuatku begitu mudahnya
memperoleh uang hanya dengan membubuhkan tanda tanganku. Disamping juga
penampilanku, yang cukup membuat teman-temanku cemburu saat istri-istri
mereka menatapku dengan tatapan kagum saat menghadiri acara pertemuan .
ehmm.. maaf.. tiada maksudku untuk narsis atau menyombongkan diri.
Salah satu keindahan paling berharga yg aku miliki adalah termasuk
wanita disampingku ini, Rike veronica, 37 tahun, istriku.. Kurang apa
dia bila yang diberi penilaian adalah keindahan dan kecantikannya. Sosok
yang menjadi pusat perhatian teman-teman sejawatku saat kubawa bila
sedang ada acara undangan, atau beberapa acara pertemuan. Sosok dengan
tinggi 170cm, dengan lekuk tubuh tak kalah dengan artis-artis seksi
tanah air. hidungnya yang bangir, mata lebar bercahaya, dengan kulitnya
yang putih. darah jerman yang mengalir dari ibunya membuatnya sekilas
mirip artis sophia latjuba yang kini berganti nama menjadi sophia
moler..maksudku muller. Ah, tapi tidak..aku rasa artis itu masih belum
sepadan bila dibandingkan dengan istriku. buah dada sophi terlalu
kendor dan jatuh, serta kulitnyapun sudah mulai mengendur, berbeda
dengan istriku yang berbuah dada padat berisi serta kencang, asli tanpa
suntikan silikon, serta kulit masih kencang dan bercahaya.
Sedangkan bocah lelaki diseberang meja tepat dihadapanku itu adalah
Doni, putra keduaku. pemuda tampan berusia 14 tahun yang tekstur wajah
dan sinar matanya mirip ibunya. walau baru duduk dikelas 2 SMP namun
tinggi badannya hampir menyamai diriku, bocah yang kerap aku pergoki
sedang mengakses situs-situs dewasa dikamarnya, dan disaat secara
diam-diam aku buka file-file dilaptopnya, isinya sebagian besar hanyalah
film-film porno belaka, sepertinya untuk kegemarannya yang satu itu
diwarisi dari diriku.
Lalu untuk gadis muda disampingnya itu.. Ah, untuk gadis bengal dan
manja, serta sikapnya yang kekanak-kanakan itu, tak perlu lagi aku
memperkenalkannya.
" Pa..kayaknya mama harus berangkat sekarang deh..." ujar istriku seraya meneguk orange juice digelasnya.
" Sekarang? Sepagi ini? jam setengah tujuh saja belum.." balasku, sedikit memprotes
" Papaaa... Mama kan ditunjuk sebagai salah satu anggota tim panitia
untuk acara itu..tentunya mama harus hadir pagi-pagi benar dong.."
" Ya sudah..Papa paham... Hati-hati dijalan.. dan salam sama ibu-ibu
pengurus yayasan.." setelah apa yang aku katakan itu, sepertinya
istriku bersiap meninggalkan meja makan.
" Oke deh, kalau begitu mama berangkat duluan ya pa..mmmmuaahh.." ucapnya, diakhiri dengan mengecup pipi kananku.
" Kamu bener mau nyupir sendiri? Gak perlu diantar pak Somad? "
" Gak usah lah pa...lagian kayaknya dia hari ini gak masuk, katanya sih ada acara sunatan anaknya gitu.."
" Ya sudah kalau begitu.. Oh ya, jadi si Doni berangkat sekolah naik taksi nih..atau aku antar saja.."
" Ah, gak usah repot-repot pa...biar sekalian aja dia berangkat sama Mama..."
" Iya pa...biarin aja dia pagi-pagi udah sampai sekolahan..biar sekalian
bantuan ngepel sama nyapu disana..hi..hi..hi.." celetuk Nanda dengan
mulut masih penuh dengan makanan. yang pagi itu masih mengenakan gaun
tidur tipisnya. sepertinya gaun yang sama yang dipakai saat aku
memerawaninya tiga hari lalu.
" Iya mah..apa enggak kepagian tuh untuk Doni.." ujarku, yang langsung dipotong oleh Doni.
" Enggak apa-apa koq pa...sekalian Doni mau nyelesaikan PR yang belum sempat Doni selesaikan.."
" Ya sudah kalau begitu...Tapi lain kali, yg namanya PR itu harus
digarap dirumah, dan harus kamu sempatkan.. Kenapa enggak tadi malam
sih?" Paparku, sedikit mengomel.
" Maaf pa..semalem Doni ketiduran.."
" Udah lah pa....Mama keburu ditungguin sama ibu-ibu yang lain nih..kan gak enak.. Ayo Doni, langsung kita berangkat..."
*********
Sepeninggalan istriku dan Doni, praktis hanya menyisakan Nanda yang
menemani sarapan pagiku. Putriku yang kini tepat duduk dihadapanku dan
hanya dibatasi oleh meja makan. Dan senyumnya itu.. aku hafal benar arti
senyumnya yang seperti itu, kekonyolan apa lagi yang akan dia tunjukan
padaku.
" Papaaaaa....coba tengok kebawah meja pa..." Apa kubilang...Dan tanpa
basi-basi lagi segera kutundukan kepalaku kebawah maja.
Astagaa...kulihat dia tengah menyingkapkan gaunnya, sambil kedua pahanya
mengangkang lebar, mempertunjukan liang vaginanya yang sudah tak lagi
mengenakan celana dalam.
" Hi..hi..hi...kaget ya pa..?" godanya
" Ih, dasar kamu..koq enggak pake celana dalem sih..."
" Biarin aja, sengaja koq... Eh, pa..Entotin Nanda lagi dong... Udah
kangen nih..." glek..sebuah ajakan yang diucapkan dengan lugu namun
bernada vulgar keluar dari bibir imutnya, yang membuat syahwatku
meronta seketika.
" Dasar kamu anak nakal...emangnya papa enggak kangen apa..." balasku
" Kangen apa hayo...?" tanyanya lagi, hmmm..aku tau jawaban yang dia inginkan.
" Rindu ngentotin kamu dong sayang..." Ah, tampaknya dia menyukai
jawababku itu, terlihat dari ekspresinya yang tampak berbunga-bunga.
" Ih, papa... Ayo pa, kita ngentotnya dikamar Papa dan Mama aja ya..."
Bagai tak sabar, ditariknya tanganku menuju kearah kamar tidur utama.
*******
" Pa...langsung dientot aja ya pa... Nanda udah gak nahan nih.." Deretan
kata pertama yang diucapkannya begitu tiba didalam kamar.
" Koq buru-buru, Nanda enggak mau mainan sama dede'nya dulu?"
" Nanti aja deh pa...plis pa..entotin Nanda dulu dong, dah gak tahan nih
dari kemarin.. Abis, mau minta takut ketauan Mama.." mohonnya, seraya
melepaskan gaun dan bhnya, lalu menghempaskan tubuhnya berbaring
telentang diatas ranjang dengan mengangkangkan pahanya.
" Duh...kasian anak papa...iya deh, papa langsung entotin kamu ya
sayang..." seraya kulucuti seluruh pakaian yang kukenakan. Kukecup bibir
ranumnya yang merekah, yang dibalasnya dengan permainan lidahnya.
" Ayo pa..langsung masukin dede'nya..." desaknya, sambil menyibak bibir vaginanya dengan kedua tangan.
" Iiihh...anak papa gak sabaran amat sih...oke deh..siap-siap ya....
satu..dua..tiga..hap.." bless..batang besarku amblas kedalam liang
memeknya yang telah basah oleh cairan nafsu. diikuti dengan desahan
lembut dari bibirnya.
" Udah enggak sakit lagi sayang? " tanyaku, kawatir bahwa rasa sakit
akibat luka sobekan selaput daranya tiga hari lalu masih membekas.
" Enggak pa...udah enggak sakit pa.. Sekarang malah enak pa...enak
banget pa.. Benar kata teman-teman Nanda yang permah dientotin sama
cowoknya..pertamanya saja yang sakit..setelah itu enak..." paparnya
sambil sesekali mendesah lembut.
" Koq Nanda enggak ikut-ikutan ngentot sama cowok Nanda..." pancingku
" Enggak mau ah...enakan ngentot sama papa aja..."
" Ihhh..kamu memang anak pinter... Papa entotin yang kenceng ya
sayang..." rasa gemas membuatku menghujamkan batang penisku dengan
kecepatan tinggi, hingga tubuhnya ikut terguncang-guncang secara
berirama.."
" iya pa..yang kenceng pa.. Hgghh...hgghh..hgghh......" racaunya, sambil
kedua tangannya meremas bokongku, sementara kedua kakinya melingkar
pada pinggulku.
Beberapa menit kemudian terdengar lengkingannya yang keras, diikiti
dengan remasan tangannya pada bokongku yang semakin kuat, hingga
kurasakan perih karna cakaran kukunya yang sedikit melukai buah
pantatku.
" Papaaaaaaa.....Nanda sampai paa....aaaaahhhggghhhhhh...." mulut yang
memekik itu kusumbat dengan mulutku yang memagutnya dengan rakus, hangat
kurasakan desahan nafasnya, pertanda memang nafsunya yang sedang
tinggi, nafsu yang pada akhirnya tertuntaskan.
Kuhentikan sejenak kayuhanku, lalu kucabut penisku yang tertancap
didalam liang vaginanya. Kutatap sejenak wajah yang terlihat sayu namun
tergambar sebuah kepuasan pada dirinya.
Kuangkat keatas kedua pergelangan kakinya, lalu kutekuk hingga kedua
telapak kakinya nyaris menyentuh kepalanya, tubuhnya yang masih ramping
dan lentur memudahkannya untuk diperlakukan seperti itu.
" Koq kaki Nanda ditekuk-tekuk gini pa...kayak pemain sirkus aja..." herannya.
" Gak apa-apa sayang...biar kalau nanti peju papa keluar tertampung
semuanya didalam rahim kamu..." jawabku dengan alasan sekenanya, walau
sebenarnya hanya sekedar menikmati sensasinya saja menyetubuhinya dengan
posisi akrobatik seperti itu.
Dengan posisi seperti itu, segera kutancapkan kembali batang penisku, dan kugenjot dengan kuat.
Hanya beberapa menit setelahnya, aku melenguh keras, merasakan nikmatnya
orgasme dari persetubuhan sedarah ini, bersamaan dengan semburan sperma
kedalam liang vaginanya.
" Aaaaaahhhh....papa keluar sayaaang...aaagghhh...aagghhh..aaagghhh...."
crott..crott...croott.. Beberapa kali semburan spermaku mengisi liang
rahimnya, hingga aku lemas dan terdiam untuk beberapa saat.
*********
Setelah orgasme yang kami dapati berdua, dan masih dalam keadaan bugil,
kami hanya berbaring sambil diselingi oleh obrolan-obrolan ringan, atau
sesekali dengan candaan-candaan konyolnya yang menggodaku.
" Pa..Nanda bolos aja ya pa... cuma sekali iniiii aja... Papa juga,
enggak usah masuk kerja dulu..kita ngentot aja sampai siang ya
pa...Gimana pa...? oke ya pa...?" Rajuknya, Ah, dalam lain hal pasti aku
akan melarangnya dengan tegas, tapi untuk sebuah kenikmatan yang
ditawarkannya, tentu itu lain cerita, dan kebetulan hari ini tak ada
urusan yang terlalu penting dikantor, sehingga aku tinggal angkat
telpon, minta ijin dengan alasan kurang enak badan.
" Oke deh...tapi sekali ini aja lho..." setujuku
" Horeeeeee.....yess..yess..yesss..." soraknya kegirangan.
Sudah hampir setengah jam kami beristirahat setelah permaianan pertama kami tadi, hingga..
" Papa..."
" Apa.."
" Papa pernah melakukan anal seks sama Mama..?" Ah, mengapa pula dia menanyakan itu.
" Pernah..memangnya kenapa?" jawabku, lalu dia terdiam sejenak
" Nanda di anal juga dong pa....mau ya pa... plis dong pa.."
Ah..Sebenarnya aku tak tega bila harus menghujamkan batang penisku yang
besar ini kedalam liang anusnya itu..tapi sepertinya dia begitu
berharap.
" Iya deh, kalau memang kamu kepingin banget sih..." setujuku, yang langsung dijawab dengan ciuman pada pipiku.
" Mmuaahh...papa memang baik deh...Ayo pa kita mulai.."
" Sekarang...?"
" Enggak, Taun depan...ya sekarang lah.. Anus Nanda kan udah kepingin
banget ngerasain ditoblos sama si dede' " sial, maksudku hanya ingin
memastikan, sekarang juga atau beberapa menit lagi.
" Nanda nungging ya pa? " ujarnya, seraya memposisikan dirinya
menungging diatas ranjang, mempertontonkan bokongnya yang mulus tanpa
cacat, yang pada bagian tengahnya terdapat liang yang mengerucut, dengan
guratan-guratan garis yang tertumpu pada satu titik pusat.
Kutarik bokongnya ketepi ranjang. Sepertinya lebih baik kalau aku
menikmatinya dari bawah ranjang. Seraya aku melompat kebawah dan
berjongkok diatas lantai. Pandanganku tertuju pada bokong yang menantang
ditepi ranjang, terutama pada liang kerucutnya yang imut. Kuciumi
sekujur pantat mulusnya dengan gemas, barulah lidahku terkonsentrasi
pada liang berkerut itu, yang memberikan reaksi berkedut-kedut saat
menerima gelitikan lidahku.
" Aaaaahhhhhhh....sedap paaa..enaaaaakkkkk....." erangnya, menikmati sapuan lidahku pada liang anusnya.
Lidahku semakin lincah menari-nari disekitar area lubang pelepasannya,
bahkan hingga kutelusupkan ujung lidahku memasuki rongganya, aroma khas
anus justru semakin membuatku bernafsu, ditambah lagi ekspresi yang
diberikan olehnya, dengan pekikan-pekikan nikmat bernada manja yang
membuatku semakin gemas dibuatnya.
Tak sampai lima menit aku memberinya rangsangan. Kini aku berdiri dengan
posisi batang penis mengarah pada liang anus anak gadisku. Sementara
kedua tanganku meremas bokongnya yang putih bersih tanpa cacat itu.
" Bagaimana sayang...siap ya.. Sidede'nya udah minta masuk kedalam lubang anusmu nih...."
" Iya pa...langsung dimasukin aja pa...toblos pa.." pintanya, seolah tak sabar.
" Tapi sakit lho sayang...."
" Enggak apa-apa pa...udah toblos aja"
" Oke ya.....siaaaappp...haapp..." kutekan batang penis yang telah
kubaluri dengan sedikit air liur untuk pelumasan, agak seret memang,
namun berhasil juga batang jakarku masuk hingga separuhnya.
" Gimana sayang? Sakit? " Tanyaku untuk memastikan.
" Enggak pa..enggak sakit..enak malahan pa...ayo pa...masukin yang lehih dalem lagi pa..."
Agak heran juga aku dengan apa yang dikatakannya itu, karna sebagian
besar orang saat baru pertama kali melakukan anal seks, biasanya mereka
akan merasa sakit, begitu pula saat pertama kali aku melakukannya
terhadap istriku, yang merintih menahan perih, walau setelah itu justru
malah ketagihan, dan selalu memintanya padaku untuk menyodominya setiap
kali kami berhubungan badan. Mungkin saja putriku ini memiliki
elistisitas yang tinggi pada otot-otot anusnya, sehingga saat benda
memasukinya, otot-otot itu akan melar dan menyesuaikan diri dengan
ukuran benda yang memasukinya itu. Itu yang pernah aku baca disebuah
rubrik kedokteran. Ini dapat kurasakan pada batang penisku yang
sepertinya yang tak terlalu tercekik, bahkan sepertinya mudah saja untuk
berpenetrasi didalamnya. hingga kutekan lebih kedalam lagi batang
penisku sampai hanya menyisakan buah pelirnya saja diluar.
" Genjot yang kuat dong pa..."
" Bener kamu enggak sakit sayang...." kembaliku memastikan
" Ih, papa nih..dari tadi nanya itu terus...enggak sakit, malah aku enak
banget...ayo cepetan genjot yang kuat...." pintanya, dengan nada
sedikit mengomel.
Apa boleh buat kalau memang itu kemauannya, seraya kupacu bokongku
dengan kuat, yang membuatnya terguncang-guncang maju mundur seiring
gerakan kayuhan bokongku.
Plok..plok..plok.. Suara benturan pahaku dengan bokongnya terdengar
cukup riuh, bercampur dengan bunyi berkecipak dari gesekan antara
penisku dan otot-otot anusnya, bahkan sesekali terdengar suara seperti
kentut akibat rongga udara didalamnya yang tertekan. Namun diantara
semuanya itu yang paling riuh justru adalah ocehannya itu, yang
terkadang disertai erangan atau pekikan dalam mengekspresikan rasa
nikmat yang dia rasakan.
" Auugghhh....asik pa..enak pa...hajar lebih kuat pa...nikmaaatt..."
Sepertinya memang dia sungguh menikmati hantaman batang penisku pada
anusnya itu. Padahal aku pernah membaca juga bahwa sebagian besar wanita
tidak menemukan kenikmatannya dalam anal seks, tapi kesimpulan itu
tidak bisa disama ratakan secara keseluruhan, ada beberapa wanita yang
justru lebih menikmati anal seks ketimbang seks melalui vagina, walaupun
itu dalam sekala yang kecil. Dan mungkin saja anakku ini termasuk
didalam yang sebagian kecil itu.
Semakin kuat dan bertenaga bokongku bergerak maju mundur, semakin riuh
pula erangan dan racauan dari mulutnya, untuk seketika putriku yang imut
dan kekanak-kanakan berubah begitu liar dan binal, nafasnya memburu,
pipinya yang putih dan licin bak patung lilin kini mulai memerah,
kata-katanyapun sudah tak terkendali.
" Ayo pa..terus pa...entotin anakmu ini pa...entotin lubang pantat Nana pa....papaaaa...aku sayang papaaa..."
Hanya beberapa menit setelah itu, pecahlah lengkingan yang keras, yang
membuatku sedikit kawatir kalau itu akan terdengar oleh orang lain yang
berada diluar, karna dirumah itu masih ada pembantuku yang terakhir aku
lihat berada didapur, dan tentu saja aku tak ingin dia mengetahui
hubungan terlarang kami ini.
" Aaaaaaaaagghhhhhhhhh.....Nanda sampai paaaa....." Baru kali inilah aku
mengalami wanita yang sedang kuanal mengalami orgasme, bahkan
istrikupun belum pernah, apalagi abg-abg penjaja seks yang hanya
menginginkan uangku, mereka hanya orgasme saat batang jakarku
membombardir liang vaginanya.
Tubuh yang sebelumnya dalam posisi menungging kini ambruk hingga
tertelungkup, dan saat dirinya tertelungkup seperti itu, samasekali tak
kuhentikan aksiku, batang penisku masih terus menghujami liang duburnya.
Hingga beberapa saat kemudian kurasakan diriku akan mencapai kimaks,
namun entah mengapa tiba-tiba timbul ide liar dalam pikiranku.
Pluupp.. kucabut batang penisku dari liang anusnya, lalu dengan
tergopoh-gopoh kuarahkan pada mulut anakku yang masih tertelungkup.
" Ayo sayang.....dimakan peju papa ya sayang ya...buka mulutnya
sayang...buka yang lebar...aaaakkkk" gayung bersambut, obsesi liarku
itu mendapat sambutan yang cukup hangat darinya, yang segera membuka
mulutnya dengan lebar tepat dibawah ujung penisku. matanya menatap
kearahku, seolah tengah mengamati ekspresi wajahku.
Crottt...crottt..crottt...
":Aaaaaahhhhhhhh....makan peju papa
sayang....aaaaaaaaahhh...aaaahhhh..aaaahhhh.." cukup banyak cairan putih
kental yang tertampung didalam mulutnya, namun masih belum ditelannya.
Baru setelah tak ada lagi tetesan sperma yang keluar dari ujung penisku,
tiba-tiba mulut yang sebelumnya menganga itu terkatup, disusul dengan
gerakan menelan pada lehernya.
" Aaaaaaahhhhh....enak pa.. Lezaaaaaattt..." ujarnya, lalu mulut itu
menghampiri penisku, menjilati sisa-sisa sperma yang masih melekat.
" Pa, nanti kalau kita ngentot lagi, pejunya Nanda makan lagi ya..."
pintanya dengan manja, sambil mengurut-urut batang penisku berharap
masih tersisa setetes dua sperma yang masih keluar.
" Nanda suka, makan peju papa? enggak jijik sayang..? " tanyaku, sambil mengusap-usap rambutnya yang lurus dan agak pirang.
" Enggak pa...Nanda enggak jijik tuh...enak koq pa.."
Akhirnya, setelah berbincang-bincang sebentar sambil bermesra-mesraan
dengan anakku, untuk pagi itu kami menyudahi dulu permainan ini.
******
Sudah dua jam berlalu permainan terlarang antara aku dan Nanda, setelah
itu aku bersantai-santai diruang keluarga sambil menonton tv, kini hanya
duduk seorang diri menikmati indahnya warna-warni punggung ikan koi
yang berwira-wiri didalam kolam, entah dimana Nanda, terakhir tadi aku
tinggalkan dia dikamar utama sedang sibuk dengan ponselnya, sedang
pembantuku baru saja pergi kepasar setelah kuperintahkan untuk membeli
udang segar.
Sedang asik duduk, kurasakan sesuatu menepuk pundakku, ternyata adalah
Nanda yang berdiri dengan seyum penuh arti, aku sudah mulai hafal dengan
arti seyumnya itu, seraya kuputar posisi kursiku menghadap dirinya, dan
membelakangi kolam yg sebelumnya menjadi perhatianku.
" Ada apa sayang?" tanyaku, dirinya masih berdiri tersenyum.
" Nanda punya kejutan untuk papa..."
" Kejutan apa lagi sih sayang?"
" Buka aja sendiri..kejutan itu ada dibalik gaun Nanda.." Ah,
paling-paling dia hanya ingin menunjukan vaginanya yang sudah tak lagi
tertutup celana dalam, itu dapat kulihat dari balik gaunnya yg
transparan.
" Ayo pa..buka." pintanya lagi
" Iya ayah buka...apaan sih emangnya.." setelah gaunnya kusingkap
keatas, memang kulihat vaginanya yang sudah tak memakai celana dalam
itu, namun aku tetap berpura-pura terkejut, sekedar untuk meyenangkan
hatinya.
" Lihat yang dibelakangnya dong pa..." dibelakangnya? mungkin yang dia maksud adalah bokongnya.
Astaga...kali ini aku benar-benar terkejut dengan apa yang aku saksikan.
Bagaimana aku tidak terperangah, disitu kulihat dildo milik istriku
tertanam didalam lubang anusnya, dan hanya menyisakan buah pelirnya yang
terhambat diluar. Aku tau betul ukuran dildo itu, diameternya cukup
besar, bahkan lebih besar dari penisku, dan panjangnyapun sekitar 20cm.
" Hi..hi..hi...papa kaget ya..seksi ya pa...?" ujarnya sambil sambil menggoyang-goyangkan pantatnya dihadapanku.
" Ih, dasar anak nakal kamu..itukan punya mama.."
" Ada banyak dilaci pa.. Macam-macam lagi.." memang kami kadang sering
memesan aksesoris sex-toy semacam itu melalui internet, yah..sekedar
untuk koleksi, dan tentunya juga kami gunakan sebagai variasi seks
dengan istri agar tidak jenuh. Yang semuanya itu kami simpan didalam
laci dikamar kami, dan rupanya anak nakal ini berhasil menemukannya.
Gairahku mendadak bangkit melihat aksi konyolnya, seraya kugenggam buah
pelir dari dildo berbahan karet itu, dan kukocok-kocokan didalam
anusnya beberapa kali, lalu kucabut dan kumasukan kedalam mulutnya untuk
dikulum.
" Diemut dede-dedeannya sayang...aaeemmm..." rasa gemasku pada bocah itu
membuatku terpancing untuk memasukan lebih dalam dildo itu kedalam
mulutnya, lalu kukocok-kocok beberapa kali, kuyakini ujung dildo itu
menyentuh sampai pangkal tenggorokannya, hingga matanya mulai tampak
berair seperti orang menangis, yang membuatku mengeluarkan dildo dari
mulutnya.
" Kamu enggak apa-apa sayang...? " tanyaku, dengan sedikit kawatir.
" Enggak apa-apa pa...Asik pa.. Ayo.lagi pa.. Lebih dalam
lagi..Dikocok-kocoknya yang lebih kuat ya pa...." Lega hatiku mendengar
perkataannya itu, seraya kumasukan lagi dildo itu kedalam anusnya,
kukocok beberapa saat, lalu kembali kumasukan pada mulutnya. Kali ini
kulakakukan seperti apa yang diinginkannya tadi, yaitu untuk lebih dalam
dan lebih keras.
Ghlogh....Ghlogh...Ghlogh... Air matanya mulai menetes dari ekor
matanya, sementara dari sela-sela bibirnya mengalir cairan ludah kental
hingga memenuhi dagunya.
" Kamu mau yang lebih keras dan lebih dahsyat lagi sayang...? " tanyaku, setelah melepaskan dildo dari mulutnya.
" Iya pa... Nanda mau pa..plis pa..." mohonnya dengan wajah yang telah belepotan air liur pada dagu hingga pipinya.
" Papa akan ajari kamu sebuah permainan, namanya cappuccino... Kamu tau kan cappuccino?"
" Ya tau lah...itukan nama minuman...kenapa enggak bajigur aja sekalian..."
" Eiit...jangan ngeledek dulu..cappuccino itukan minuman yang mengandung busa karna dikocok-kocok.." terangku
" Lalu apa hubungannya dengan kita yang lagi sik asik begini...?"
" Papa akan buat mulut kamu berbusa-busa seperti cappuccino itu..Mau enggak?"
" Wooww..kedengerannya asik tuh pa...mau dong..mau.. Pasti
dikocok-kocoknya pakai si dede, iyakan? wah, pasti asik tuh...ayo
pa..cepet pa..."
" Baik, sekarang kamu duduk dikursi ini sayang..."
Setelah dirinya duduk, kulepas celana pendekku, seraya kuposisikan
batang penisku yang telah berdiri tegak mengarah pada mulutnya.
" Siap- siap ya sayang...kamu teriak cappoccino yang keras ya..satu..dua..tiga..."
" Cappuccino..!" teriaknya.
Bersamaan dengan teriakan itu, kusumbatkan batang bazokaku pada
mulutnya, dan tanpa ampun kugenjot dengan sekuat tenaga sambil kedua
tanganku menjambak rambutnya. Kerasnya hantaman bokongku, ditambah
dengan jambakan rambutnya yang kutarik kedepan, sehingga memberikan
penekanan dari kedua arah pada mulutnya.
Belum sampai satu menit aksi kami berlangsung, telah begitu banyak air
liur yang menetes memenuhi dagu dan pipinya, kocokanku yang kuat dan
berkecepatan tinggi menghasilkan gelembung-gelembung ludah disela-sela
bibirnya. Air matanyapun semakin deras menetes akibat sodokan batang
jakarku yang menghujami tenggorokannya. Saat dirinya mulai
terbatuk-batuk, segera kucabut batang penisku.
" Kamu enggak apa-apa sayang..." kawatirku lagi
" Enggak apa-apa pa...lagi pa..lanjutin lagi pa...ayo pa..." mendengar
jawaban itu, perasaanku kembali lega, dan kembali aku lanjutkan aksi
ekstrimku itu.
Hampir lima menit aku membombardir mulutnya, pegal juga rasanya
pinggangku dibuatnya, hingga keringatpun mulai membasahi tubuhku.
Akhirnya kusudahi juga permainan itu, seraya kuberjongkok mensejajarkan
diriku dengannya.
" Bagaimana permainannya sayang? Asik kan?" tanyaku, wajahnya tampak
dipenuhi dengan cairan kental yg beberapa bagiannya seperti berbusa,
terutama pada dagu,pipi dan hidungnya.
" Mantap pa...luar biasa..papa memang hebat..." jawabnya, dibarengi dengan mengacungkan kedua ibu jarinya.
" Wah, cappuccinonya udah banyak tuh...papa cicipi ya?"
" Oke pa...silahkan pa..." ujarnya, seraya menyodorkan wajahnya yang telah dipenuhi "busa cappiccino spesial" itu.
Srrroootttt...srroott... Dengan rakus kuseruput cairan-cairan ludah
kental yang menuhi wajahnya hingga bersih, yang diakhiri dengan kulumat
bibir mungilnya.
" Pa...ayo dong, Nanda dientot lagi..." pintanya, setelah kami menyudahi france-kiss yang full of saliva itu.
" Oke deh sayang...sekarang kamu berdiri.." Yang segera diikuti olehnya.
Setelah terlebih dulu melucuti gaun yang masih dikenakannya, sehingga
dirinya kini benar-benar bugil ditempat yang sebetulnya terbuka ini,
namun dinding pagar rumah ini cukup tinggi, sehingga tak mungkin orang
lain dapat melihat aktifitas kami dari luar.
" Pegangan kursi..oke, agak nungging sedikit... begini... iya,
perfect.." sesuai dengan yang kuarahkan, posisinya kini berdiri
membelakangiku dengan agak menungging, sambil kedua tangannya
berpegangan pada sandaran kursi, sehingga bokongnya menyembul kearahku.
Posisiku telah berdiri membelakanginya, dengan batang penis berdiri tegak mengarah pada bokongnya yang menungging.
" Mau dimasukin dimana nih dedenya? Mau dimasukin ke sipuss atau anus? " tanyaku
" Anus dong pa...."
" Ih, dasar kamu nakal ya... Nih, rasakan.." blesss...seperti yang
dimintanya, kuhujamkan penisku kedalam anusnya, dan langsung kupompa
dengan kuat.
Sekitar lima menit aku menggenjot lubang duburnya. Kucabut sementara batang penisku.
" Diisep dedenya dulu sayang..." pintaku, yang segera dituruti olehnya
mengoral batang penis yang baru saja berpenetrasi didalam liang anusnya.
" Pa..Nanda mau jilat anus papa dong...boleh ya..." pintanya, hanya beberapa saat setelah dia mengoral penisku.
Aku berdiri dengan mengangkat sebelah kakiku keatas kursi,dengan posisi
sedikit menungging untuk mempermudah aksesnya mengoral liang duburku.
" Ayo sayang...papa udah siap nih..katanya mau jilatin anus papa..."
ujarku, sambil meyibak belahan bokongku dengan kedua tangan.
" Oke pa..." dengan lincahnya lidah itu mengelitik-gelitik liang
anusku, bahkan kurasakan ujung lidahnya seperti berusaha untuk menerobos
masuk lebih kedalam. Ah, merem melek aku dibuat oleh aksinya itu,
hingga mataku sepatuh terpejam menikmatinya. Kini tanganku tak perlu
lagi menyibak belahan pantatku, karna kedua tangannyalah yang telah
mengambil alih, sehingga kedua tanganku kini berpegangan pada sandaran
kursi.
" Aaaauggghhhhh....terus sayang...kamu pinter sekali
sih....Adauuoowww..." Sial, sedang asik-asiknya aku menikmati sensasi
jilatan lidahnya, dengan iseng dimasukan jari telunjuknya kedalam liang
duburku yang membuatku terpekik kaget.
" hi..hi..hi..kaget ya pa..?"
" Ih, iseng amat sih kamu...sini kamu, biar papa entot lagi nih lubang pantatmu..."
Kembali kugenjot anusnya dengan batang penisku, dan tak sampai beberapa
menit kurasakan puncak kenikmatan pada diriku yang diikuti dengan sebuah
lenguhan panjang.
" Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh....papa keluar sayaaaang..."
" Pa...keluarin dimulut Nanda aja pa....."
" Tanggung sayang...aaahhh..aaahh..aaahhh..huuhhh..." Tak sempat lagi
aku mengikuti kemauannya, rasa nikmat ini sepertinya tak kuasa lagi
untuk ditunda, hingga kutumpahkan seluruh spermaku didalam liang
anusnya.
" Ih, papa gimana sih...kan mau Nanda makan lagi pejunya paaa..." keluhnya dengan wajah cemberut.
" Aduuuhh...maaf ya sayang...papa gak tahan sih..udah nanggung banget tadi.. jadinya gak kepikiran.."
" Ah, dasar...papa sih.." gerutunya lagi. Yang membuatku berpikir sejenak untuk dapat mengobati rasa kecewanya itu.
" Ah, begini saja deh..." kuangkat tubuhnya dengan masih penisku berada
didalam liang anusnya. Dan dengan masih dalam keadaan seperti itu, aku
langkahkan kakiku kearah meja makan kayu tak jauh dari tempat itu. Lalu
kudekatkan posisi pantatnya tepat diatas meja. Sepertinya anak ini
masih belum mengerti dengan apa yang akan aku lakukan.
" Oke sayang..sekarang papa cabut ya dedenya...satu...dua..tiga...ya..."
pluup.. Begitu penis terlepas, mengalirlah cairan kental dari dalam
anusnya, yang jatuh tepat diatas meja makan.
" Kamu ngeden ya sayang...biar peju papa yang didalam anusmu keluar
semua...iya ngeden, kayak kalo kamu e'ek itu lho..." terangku.
Benar seperti yang aku perkirakan, saat dia mengedan, semakin banyak air maniku yang menetes keluar diatas meja makan.
" Udah ya sayang.... Tuh peju papa udah keluar lagi kan?"
" Ih, papa memang jenius deh...iya pa..Nanda makan dulu pejunya ya pa..."
Dirinya yang kini berada diatas meja mulai menundukan kepalanya kearah gumpalan cairan kental diatas meja.
" Mmmmm..baunya sedap pa..." ujarnya saat menghirup aromanya.
Srrruuuffffttt....hanya beberapa detik dihirupnya tanpa sisa, bahkan
masih dijilatinya dipermukaan meja untuk sekedar mendapatkan sisa-sisa
yang melekat.
" Mmmmm...sedap pa..." komentarnya, yang kubalas dengan mengecup mesra
bibir yang masih menebarkan aroma sperma bercampur dengan aroma khas
lubang anus.
*****
Dan semenjak saat itu, kami sering melakukan hubungan seks dengan anak
kandungku ini. Bahkan saat istriku dirumahpun kami sempatkan pula untuk
melakukannya disaat malam hari ketika istriku sedang terlelap, yang
secara diam-diam aku memasuki kamarnya, menemui dirinya yang sedang
menunggu untuk sebuah permainan seks yang mengasikan, dengan berbagai
gaya dan cara yang belum pernah aku dapatkan dari siapapun termasuk
istriku. Ada saja permainan-baru yang kami lakukan, biasanya itu adalah
ide darinya, katanya sih dia dapatkan dari film-film porno yang dia
saksikan disitus-situs dewasa.
Kami melakukannya tidak selalu dirumah, terkadang juga dihotel saat
dirinya pulang sekolah dan aku pulang kantor. ada saja alasan yang
sepertinya masuk akal yang kami berikan pada istriku.
Dan sukurlah..semua baik-baik saja, berjalan mulus dan lancar, dan
kehidupan seksku dengan istripun biasa-biasa saja, kami tetap
melakukannya walaupun terkadang hanya seminggu sekali. dan untuk
pelajaran sekolahnya sama sekali tak terganggu, prestasi akademisnya
disekolah masih tetap menonjol, karna pada dasarnya anak itu memang
cerdas, secerdas ide-idenya untuk melakukan eksperimen-eksperimen seks
yang mendebarkan, namun mengasikan, dan yang pasti..... Membuatku
keranjingan.
BERSAMBUNG KE PART 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar